
Rokan Hilir ,Derap1News – 28 November 2025 – Banjir dan longsor yang melanda Tapanuli Tengah, Sibolga, dan beberapa daerah lain di Sumatera Utara baru-baru ini kembali menegaskan krisis lingkungan yang kian nyata. Dr. Elviriadi, pakar lingkungan dan pemerhati ekosistem sungai-hutan, menyamakan bencana ini dengan pesan alam yang kini mulai terdengar lebih jelas.
Melalui puisi berjudul “Petuah Pohon Kepada Sungai”, Dr. Elviriadi menggambarkan bagaimana pohon dan sungai saling menjaga, namun kini terancam oleh ulah manusia. Ia menyebut suara gergaji dan tukang kayu sebagai simbol dari kerusakan hutan yang memicu ketidakstabilan ekosistem, sehingga ikan-ikan dan biota sungai kehilangan habitat.
“Sebentar lagi pohon-pohon rebah, meninggalkan sungai kesepian di pelukan lumpur yang naik, mengundang air beriak,” tulisnya dalam puisi itu, yang menurutnya menjadi gambaran nyata kondisi sungai dan tebing yang longsor di beberapa wilayah.
Dr. Elviriadi menekankan bahwa longsor, kerusakan tebing, dan banjir yang menghantam permukiman warga bukan hanya akibat hujan deras semata, melainkan juga karena hilangnya peran pohon sebagai penopang tanah dan penyeimbang aliran sungai. Ia menilai, fenomena ini adalah harga mahal dari ketidakpedulian manusia terhadap alam.
“Air yang tak lagi jernih, tempat manusia berkaca, menjadi cermin mahalnya kesetiaan kepada bumi,” lanjut Dr. Elviriadi.
Pakar lingkungan itu pun menyerukan agar masyarakat dan pemerintah meningkatkan perlindungan kawasan hutan dan ekosistem sungai, karena stabilitas alam adalah kunci pencegahan bencana. Menurutnya, ekosistem yang rusak tidak hanya merugikan lingkungan, tetapi juga masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai dan lereng bukit.
“Jika pohon dan sungai hilang, manusia yang akan menanggung kerugian,” pungkasnya.
Dr. Elviriadi berharap peringatan alam ini bisa menjadi momentum bagi penegakan hukum lingkungan, rehabilitasi hutan, dan edukasi publik untuk menjaga keseimbangan alam, sebelum bencana serupa kembali menelan korban..**




Komentar