
derap1news – Ikan Arwana, yang sering dijuluki sebagai “ikan kayangan”, telah lama menjadi simbol kemewahan, keberuntungan, dan kekuasaan. Dengan sisiknya yang berkilau laksana emas dan gerakannya yang anggun, arwana bukan hanya menjadi ikan hias, tetapi juga makhluk yang sarat mitos dan sejarah panjang di berbagai budaya Asia.
Julukan “ikan kayangan” muncul dari berbagai cerita rakyat dan kepercayaan di Asia, terutama di Indonesia, Tiongkok, dan Malaysia. Dalam mitologi Tionghoa, arwana dipercaya sebagai reinkarnasi naga air yang membawa keberuntungan, kesuksesan, dan kemakmuran. Di Indonesia, beberapa masyarakat adat mempercayai arwana sebagai penjaga spiritual sungai dan danau, bahkan ada yang meyakini bahwa ikan ini bisa mengusir roh jahat.
Di Kalimantan dan Sumatera, khususnya di suku Dayak dan Melayu, arwana dianggap sebagai ikan keramat. Jika seseorang berhasil menangkap arwana berukuran besar, maka itu dianggap sebagai pertanda bahwa ia akan mendapatkan keberuntungan besar tetapi dengan syarat tidak menyakiti atau memperjualbelikan ikan tersebut sembarangan.
Secara ilmiah, arwana adalah ikan purba dari keluarga Osteoglossidae, yang telah ada sejak zaman prasejarah (sekitar 150 juta tahun lalu). Di dunia, ada beberapa jenis arwana, namun yang paling populer dan bernilai tinggi berasal dari Asia Tenggara, khususnya:




Indonesia merupakan salah satu habitat asli terbesar bagi arwana Asia (Scleropages formosus), dan karena keindahannya, spesies ini menjadi salah satu fauna yang dilindungi oleh hukum internasional melalui CITES (Convention on International Trade in Endangered Species).
Karena permintaan pasar yang tinggi, arwana sempat menjadi sasaran eksploitasi besar-besaran pada era 1970-an hingga awal 2000-an. Hal ini menyebabkan populasinya di alam liar menurun drastis. Namun, berbagai upaya konservasi telah dilakukan, termasuk: Penangkaran resmi: Sejumlah penangkaran di Indonesia telah mendapatkan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Beberapa yang terkenal berasal dari Rokan Hilir (Riau), Kapuas Hulu (Kalimantan Barat), dan Muara Teweh (Kalimantan Tengah).
Penandaan DNA dan microchip: Untuk memastikan keaslian dan legalitas, setiap arwana dari penangkaran dilengkapi dengan microchip berisi data asal-usulnya.
Ekspor terbatas: Arwana hanya boleh diekspor jika berasal dari penangkaran resmi, sebagai bagian dari pengendalian perdagangan spesies langka.
Perjalanan arwana dari sungai pedalaman menuju ruang tamu mewah di kota-kota besar dunia adalah kisah yang mencerminkan pertemuan antara tradisi, bisnis, dan konservasi. Kini, arwana tak hanya dipandang sebagai ikan hias biasa, tetapi juga investasi hidup yang bernilai jutaan hingga miliaran rupiah.
Banyak kolektor dan pebisnis dari Jepang, Tiongkok, dan Singapura rela membayar mahal untuk seekor arwana asli Indonesia, terutama jenis Super Red dari Kalimantan dan Golden Red dari Riau, yang keasliannya dijamin melalui sertifikat CITES dan chip identitas.
Ikan arwana adalah mahakarya alam yang tak hanya menawarkan keindahan visual, tetapi juga kisah spiritual, sejarah purba, dan tantangan konservasi. Dari mitos sebagai ikan kayangan, hingga realita sebagai simbol kemewahan modern, arwana telah menjadi warisan budaya dan biologis yang patut dijaga.




Komentar