Cerpen
Beranda / Cerpen / Satu Menit yang Berbeda

Satu Menit yang Berbeda

Cerpen oleh; Chan

Matahari mulai merangkak turun di balik pepohonan, mengubah langit senja menjadi semburat jingga yang menenangkan. Amelia duduk di tepi jendela kamarnya, menatap kalender yang penuh dengan tanda-tanda penting. Sebagai seseorang yang terorganisir, ia merencanakan hidupnya dengan cermat. Setiap detil sudah tertata rapi, mulai dari pekerjaan, hubungan, hingga masa depan yang diimpikannya bersama chan, tunangannya.

Hari ini, amelia dan chan akan mengunjungi sebuah rumah yang mereka impikan untuk menjadi tempat tinggal setelah menikah. Rumah itu indah, terletak di pinggiran kota yang tenang, dengan taman kecil di belakang. Di kepalanya, amelia sudah bisa membayangkan dirinya menata perabotan, menciptakan sudut-sudut nyaman, dan membangun kehidupan baru di sana.

Pukul lima sore, chan menelepon, “Sayang, aku sudah di jalan. Siap-siap ya, kita berangkat sebentar lagi.”

Amelia tersenyum. Segalanya terasa sempurna. Ia sudah membayangkan bagaimana nanti mereka akan memilih rumah itu, merenovasi sedikit di sana-sini, dan kemudian menjalani hidup bahagia. Namun, ketika jarum jam bergeser satu menit ke depan, sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Nomor tak dikenal muncul di layar.

Cinta yang Tak Pernah Padam

“Hallo? Ini dengan amelia, tunangannya chan?” suara di seberang terdengar tegang.

“Iya, benar. Ada apa ya?” Amelia merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

“Kami dari rumah sakit. Chan mengalami kecelakaan. Kami mohon Anda segera ke sini.”

Dunia amelia mendadak runtuh. Detak jantungnya terasa kencang, pikirannya berputar-putar tak karuan. Satu menit lalu, ia merencanakan masa depannya dengan sempurna, tetapi sekarang, hanya dalam satu panggilan telepon, semua itu berantakan.

Baca Juga  Sekolah Tengah Malam: Balas Dendam Sang Murid

Dengan gemetar, amelia segera menuju rumah sakit. Sepanjang jalan, pikirannya dipenuhi kekhawatiran dan ketakutan. Ia berdoa, berharap semuanya hanya mimpi buruk. Ketika sampai, seorang dokter menemui amelia dengan raut wajah serius.

Sekolah Tengah Malam: Balas Dendam Sang Murid

“Maaf, kami sudah melakukan yang terbaik, tapi chan mengalami koma dan membutuhkan biaya yang besar untuk operasi.”

Waktu seakan berhenti. Amelia terpaku, tidak mampu berkata apa-apa. Rencana-rencana yang sudah tersusun rapi itu mendadak hancur lebur. Segala impian tentang rumah, pernikahan, dan masa depan seolah lenyap dihembus angin.

Amelia terduduk di kursi tunggu rumah sakit, berusaha memahami apa yang baru saja terjadi. Ia selalu berpikir bahwa hidupnya bisa direncanakan, bahwa ia punya kendali atas masa depan. Namun, kenyataan baru mengajarinya sesuatu yang berbeda: hidup ini penuh ketidakpastian.

Dalam kesedihan yang mendalam, amelia teringat nasihat yang pernah disampaikan ibunya, “Seindah apapun kita merencanakan masa depan, tetap harus siapin ruangan ikhlas. Karena satu menit ke depan pun, itu bisa berbeda dari apa yang kita bayangkan.”

Amelia menghela napas panjang. Hari ini, ia memahami makna dari nasihat itu lebih dalam. Kejadian yang menimpah chan memang menyakitkan, tetapi di balik itu, amelia tahu bahwa ia harus ikhlas menerima apa yang terjadi. Masa depan memang bisa direncanakan, tapi tidak ada yang bisa memastikan apa yang akan terjadi di detik-detik berikutnya.

Dengan hati yang berat, amelia menatap langit yang mulai gelap. Ia tahu, perjalanan ke depan akan penuh tantangan, tapi ia bertekad untuk melangkah. Dengan ruang ikhlas yang baru ia temukan dalam dirinya, amelia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan tetap menemani chan, apa pun yang terjadi dengan chan.

Baca Juga  Cinta yang Tak Pernah Padam

Setelah kejadian ini Amelia pun bekerja siang dan malam untuk membiayai kehidupan nya dan biaya rumah sakitnya Chan, seiring berlalunya waktu chan mulai sadarkan diri setelah koma 7 bulan lebih.

Disaat Amelia sedang bekerja tiba² ada panggilan masuk dari rumah sakit, ” hallo bu selamat bapak chan sudah sadar” dengan hati yang senang dan bahagia, sambil meneteskan air mata Amelia ber lari menuju rumah sakit.

Setelah sampai di rumah sakit Amelia langsung memeluk Chan sambil menangis manja sama chan, Chan berkata “maaf kan aq sayang sudah membuat mu menderita selama ini” Amelia pun membalas dengan menepuk dada chan, sehingga membuat chan batuk dan ketawa bahagia karena ada seorang wanita yang begitu perduli dengan nya.

Karena keadaan Chan masih lemah, chan pun berpikir bagaimana caranya supaya Amelia bisa bahagia. Setelah pulang chan pun mulai berusaha mencari uang untuk mengwujudkan impian Amelia., karena badannya masih butuh istirahat chan pun berpikir untuk menulis novel di situs web tentang dirinya dan Amelia.

Tidak butuh waktu yang lama novel yang di buat chan pun viral, chan pun mulai rutin menulis novel dan berhasil menggumpulkan sejumlah uang, chan pun tidak lupa dengan apa yang sudah dia rencanakan dengan Amelia, diam diam chan pun membeli rumah impian mereka dan merahasiakan pembelian rumah tersebut kepada Amelia.

Baca Juga  Sekolah Tengah Malam: Balas Dendam Sang Murid

Chan pun menelepon Amelia, “sayang, masih ingat tidak dengan rumah yang mau kita beli”

jawab Amelia “iya sayang, aq masih ingat, tapi rumah itu sudah di beli orang”

balas Chan “Oo iya ya sayang, sudah di beli orang ya,? Kebetulan aq lagi di depan rumah itu sekarang dan kereta saya bocor ban dan saya lupa bawa dompet, bisa sayang ke sini sebentar? hehehe”

jawab Amelia “sayang kok teledor sih” jawab manja dan sedikit kesal dari Amelia

Setelah Amelia nyampai di depan rumah itu tidak nampak sosok chan, dengan kesal Amelia pun menelephone ” sayang dimana kok gak ada di sini? Aq sudah nyampai” chan pun menjawab “maaf sayang, aq bertamu di rumah ini kebetulan yang punya rumah namanya amelia juga sayang, sini lah masuk” dengan rasa penasaran Amelia pun masuk dan di kagetin  sama teman” dan orang tua chan dan amelia.

Sorakan dari teman²nya Chan dan Amelia
“Selamat ya, semoga bahagia” Chan pun berlutut di hadapan Amelia dan berkata “mau kah kamu menikah dengan saya?” Dengan berlinang air mata kebahagian Amelia pun menjawab “iya” Chan dan Amelia pun menikah dan di karuniai 3 orang anak dan hidup bahagia.

Kesimpulan

hidup tidak selalu tentang seberapa sempurna kita merencanakannya, tetapi tentang seberapa ikhlas kita menerima apapun yang terjadi di luar rencana. (Chan)

Spread the love

Berita Terkait

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *