Cerpen
Beranda / Cerpen / Cinta yang Tak Pernah Padam

Cinta yang Tak Pernah Padam

Di sebuah desa kecil di Sumatera Utara, hiduplah seorang gadis Batak bernama Pasu. Sejak muda, Pasu dikenal sebagai seorang perempuan yang rajin berdoa. Setiap malam, ia memohon kepada Tuhan agar diberikan seorang suami yang baik hati, penyayang, tidak merokok, dan taat beribadah. Doanya tulus, penuh harapan bahwa Tuhan akan mengirimkan pasangan yang tepat.

Suatu hari, orang tua Pasu memperkenalkan dia kepada seorang pria bernama Misua. Misua, seorang pria Batak yang bekerja di kota, adalah sosok yang sederhana namun penuh kasih. Meskipun belum lama saling mengenal, keduanya langsung merasa ada kecocokan. Setelah beberapa pertemuan, cinta mereka pun tumbuh. Pasu dan Misua menjalin hubungan jarak jauh (LDR), karena pekerjaan Misua yang mengharuskan dia tinggal di kota.

Setelah satu tahun menjalin hubungan, mereka menikah dalam adat Batak yang meriah. Saat pesta pernikahan berlangsung, keluarga besar dari kedua belah pihak berkumpul dengan penuh kebahagiaan. Sejak hari itu, Pasu merasa hidupnya sempurna, karena Tuhan telah mengabulkan doanya. Misua adalah sosok suami yang setia, baik, penyayang, dan selalu membawakan keceriaan setiap kali pulang.

Setelah menikah, mereka tetap harus menjalani LDR. Misua hanya bisa pulang ke rumah seminggu sekali karena pekerjaannya. Setiap kali pulang, Misua selalu membawa mainan untuk Butet, anak pertama mereka, dan Ucok, anak kedua. Tak pernah lupa, Misua juga selalu membawakan hadiah kecil untuk Pasu, sebagai tanda cintanya yang tak pernah padam. Pasu selalu tersenyum saat menerima kejutan kecil dari suaminya—entah itu sekotak cokelat, syal, atau bunga segar dari pasar kota.

Meskipun terpisah jarak, cinta Pasu dan Misua tetap erat. Pasu menjalankan hari-harinya dengan penuh kehangatan, mengasuh Butet dan Ucok dengan kasih sayang yang tak terbatas. Mereka merasa sangat beruntung, terutama ketika menyadari keajaiban kecil dalam hidup mereka: kedua anak mereka, Butet dan Ucok, lahir pada tanggal dan bulan yang sama, hanya terpaut empat tahun, dan kedua-duanya lahir melalui operasi caesar. Kehadiran anak-anak ini adalah bukti betapa besar cinta yang telah mereka bangun bersama.

Namun, hidup membawa cobaan yang tak terduga. Suatu hari, wabah COVID-19 menyebar dengan cepat ke seluruh negeri. Misua yang harus terus bekerja di kota demi menghidupi keluarganya, terinfeksi virus tersebut. Awalnya, Pasu berharap suaminya bisa pulih seperti biasa, namun kondisi Misua semakin memburuk. Dalam waktu singkat, dunia Pasu berubah. Misua, suami yang selama ini menjadi tumpuan hidupnya, dipanggil oleh Tuhan.

Kehilangan Misua begitu menghancurkan hati Pasu. Ia tidak hanya kehilangan pasangan hidup, tapi juga sahabat sejatinya, ayah dari anak-anaknya, dan pria yang selalu membawakan keceriaan setiap kali pulang. Saat menerima kabar bahwa suaminya meninggal akibat COVID-19, Pasu merasa dunia seakan runtuh di hadapannya. Air matanya tak berhenti mengalir, dan anak-anaknya masih terlalu kecil untuk memahami kehilangan sebesar itu.

Namun, di tengah kesedihan yang mendalam, Pasu tidak membiarkan dirinya tenggelam terlalu lama. Ia tahu, Misua selalu ingin melihatnya kuat. Ia harus terus menjalani hidup demi Butet dan Ucok. Setiap kali melihat senyum anak-anaknya, Pasu teringat akan cinta dan ketulusan Misua. Meskipun suaminya telah tiada, cinta mereka tidak akan pernah mati. Pasu percaya, Misua tetap ada di hati mereka, menjaga dan melindungi dari jauh.

Waktu berlalu, dan Pasu terus mengingat Misua dalam doa-doanya. Setiap kali merasakan kerinduan yang dalam, ia mengingat mimpinya yang suatu malam hadir begitu nyata. Dalam mimpi itu, Misua datang dengan senyuman yang menenangkan, mengulurkan tangannya dan berkata, “Jangan khawatir, Pasu. Aku selalu ada di sini. Kita akan bertemu lagi di kehidupan mendatang, di mana kita akan bersama selamanya.”

Pasu terbangun dari mimpi itu dengan perasaan damai. Ia tahu, cinta sejati tidak berakhir hanya karena kematian. Cinta mereka melampaui batas dunia ini, terus hidup dalam hati anak-anak mereka dan di kehidupan yang akan datang.

Dengan kekuatan cinta dan harapan, Pasu menjalani hari-harinya dengan penuh kasih. Ia yakin, suatu hari nanti, ia akan dipersatukan kembali dengan Misua, di bawah naungan cinta Tuhan yang abadi. Hingga saat itu tiba, ia akan terus merawat Butet dan Ucok dengan sepenuh hati, mengajarkan mereka tentang cinta, kebaikan, dan ketulusan yang telah diajarkan oleh suami tercintanya.

Akhirnya, cinta Pasu dan Misua tetap hidup, dan mereka akan bersatu kembali di kehidupan yang kekal, dalam kebahagiaan yang tiada akhir.

Spread the love
Baca Juga  Satu Menit yang Berbeda

Berita Terkait

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *